puisi-puisiku

6.30.2011

Cinta

*)
Lalu berkatalah Almitra, Bicaralah pada kami perihal Cinta.
Dan dia mengangkatkan kepalanya
dan memandang ke arah kumpulan manusia itu,
dan keheningan menguasai mereka.

Dan dengan suara lantang dia berkata:
Pabila cinta memberi isyarat kepadamu, ikutilah dia,
Walau jalannya sukar dan curam.
Dan pabila sayapnya memelukmu menyerahlah kepadanya.
Walau pedang tersembunyi di antara hujung-hujung sayapnya bisa melukaimu.
Dan kalau dia berbicara padamu percayalah padanya.

Walau suaranya bisa menggetar mimpi-mimpimu
bagai angin utara membinasakan taman.
Kerana sebagaimana cinta memahkotai engkau,
demikian pula dia akan menghukummu.

Sebagaimana dia ada untuk menyuburkanmu,
demikian pula dia ada untuk mencantasmu.
Sebagaimana dia mendaki ke puncakmu
dan membelai mesra ranting-ranting lembutmu
yang bergetar dalam cahaya matahari.

Demikian pula dia akan menghunjam ke akarmu
dan menggegarkannya di dalam pautanmu pada bumi.
Laksana selonggok jagung dia menghimpun engkau pada dirinya.
Dia menghempuk engkau hingga kau telanjang
Dia mengasing-asingkan kau demi membebaskan engkau dari kulitmu.

Dia menggosok-gosok engkau sampai putih bersih.
Dia meramas engkau hingga kau menjadi lembut;
Dan kemudian dia mengangkat engkau ke api sucinya
sehingga engkau bisa menjadi hidangan suci untuk pesta kudus Tuhan.
Semua ini akan ditunaikan padamu oleh Sang Cinta,
supaya bisa kau fahami rahsia hatimu,
dan di dalam pemahaman dia menjadi sekeping hati Kehidupan.

Namun pabila dalam ketakutanmu kau hanya akan mencari kedamaian
dan kenikmatan cinta.
Maka lebih baiklah bagimu untuk menutupi tubuhmu
dan melangkah keluar dari lantai-penebah cinta.
Memasuki dunia tanpa musim tempat kau dapat tertawa,
tapi tak seluruh gelak tawamu, dan menangis,
tapi tak sehabis semua airmatamu.

Cinta tak memberikan apa-apa kecuali dirinya sendiri
dan tiada mengambil apa-apa pun kecuali dari dirinya sendiri.
Cinta tiada memiliki, pun tiada ingin dimiliki;
Kerana cinta telah cukup bagi cinta.
Pabila kau mencintai kau takkan berkata,
"Tuhan ada di dalam hatiku," tapi sebaliknya,
"Aku berada di dalam hati Tuhan."
Dan jangan mengira kaudapat mengarahkan jalannya Cinta,
sebab cinta, pabila dia menilaimu memang pantas, mengarahkan jalanmu.

Cinta tak menginginkan yang lain kecuali memenuhi dirinya.
Namun pabila kau mencintai dan memerlukan keghairahan,
biarlah ini menjadi keghairahanmu:
Luluhkan dirimu dan mengalirlah bagaikan anak sungai,
yang menyanyikan alunannnya bagai sang malam.

Kenalilah penderitaan dari kelembutan yang begitu jauh.
Rasa dilukai akibat pemahamanmu sendiri tentang cinta;
Dan menitiskan darah dengan ikhlas dan gembira.

Terjaga di kala fajar dengan hati berawangan
dan mensyukuri hari baru penuh cahaya kasih;
Istirah di kala siang dan merenungkan kegembiraan cinta yang meluap-luap;
Kembali ke rumah di kala senja dengan rasa syukur;
Dan kemudian tidur bersama doa bagi kekasih
didalam hatimu dan sekuntum nyanyian puji-pujian pada bibirmu.

(Kahlil Gibran)

**)
Mereka berkata tentang serigala dan tikus
Minum di sungai yang sama
Di mana singa melepas dahaga
Mereka berkata tentang helang dan hering

Menjunam paruhnya ke dalam bangkai yg sama
Dan berdamai - di antara satu sama lain,
Dalam kehadiran bangkai - bangkai mati itu
Oh Cinta, yang tangan lembutnya mengekang keinginanku

Meluapkan rasa lapar dan dahaga akan maruah dan kebanggaan,
Jangan biarkan nafsu kuat terus menggangguku
Memakan roti dan meminum anggur

Menggoda diriku yang lemah ini Biarkan rasa lapar menggigitku,
Biarkan rasa haus membakarku, Biarkan aku mati dan binasa,
Sebelum kuangkat tanganku Untuk cangkir yang tidak kau isi,
Dan mangkuk yang tidak kau berkati

(Kahlil Gibran)

***)
Kemarin aku berdiri berdekatan pintu gerbang sebuah rumah ibadat
dan bertanya kepada manusia yang lalu-lalang di situ
tentang misteri dan kesucian cinta.

Seorang lelaki setengah baya menghampiri, tubuhnya rapuh wajahnya gelap.
Sambil mengeluh dia berkata,
"Cinta telah membuat suatu kekuatan menjadi lemah,
aku mewarisinya dari Manusia Pertama."

Seorang pemuda dengan tubuh kuat dan besar menghampiri.
Dengan suara bagai menyanyi dia berkata,
"Cinta adalah sebuah ketetapan hati yang ditumbuhkan dariku,
yang rnenghubungkan masa sekarang dengan generasi masa lalu
dan generasi yang akan datang."

Seorang wanita dengan wajah melankolis menghampiri
dan sambil mendesah, dia berkata,"
"Cinta adalah racun pembunuh,
ular hitam berbisa yang menderita di neraka,
terbang melayang dan berputar-putar menembusi langit
sampai ia jatuh tertutup embun,
ia hanya akan diminum oleh roh-roh yang haus.
Kemudian mereka akan mabuk untuk beberapa saat,
diam selama satu tahun dan mati untuk selamanya."

Seorang gadis dengan pipi kemerahan menghampiri
dan dengan tersenyum dia berkata,
"Cinta itu laksana air pancuran yang digunakan roh pengantin
sebagai siraman ke dalam roh orang-orang yg kuat,
membuat mereka bangkit dalam doa di antara bintang-bintang di malam hari
dan senandung pujian di depan matahari di siang hari."

Setelah itu seorang lelaki menghampiri.
Bajunya hitam, janggutnya panjang dengan dahi berkerut, dia berkata,
"Cinta adalah ketidakpedulian yang buta.
la bermula dari hujung masa muda dan berakhir pada pangkal masa muda."

Seorang lelaki tampan dengan wajah bersinar dan dengan bahagia berkata,
"Cinta adalah pengetahuan syurgawi yang menyalakan mata kita.
Ia menunjukkan segala sesuatu kepada kita seperti para dewa melihatnya."

Seorang bermata buta menghampiri,
sambil mengetuk-ngetukkan tongkatnya ke tanah
dan dia kemudian berkata sambil menangis,
"Cinta adalah kabus tebal yang menyelubungi gambaran sesuatu darinya
atau yang membuatnya hanya melihat hantu dari nafsunya yang berkelana
diantara batu karang, tuli terhadap suara-suara dari tangisnya sendiri
yang bergema di lembah-lembah."

Seorang pemuda, dengan membawa sebuah gitar menghampiri dan menyanyi,
"Cinta adalah cahaya ghaib yang bersinar dari kedalaman kehidupan
yang peka dan mencerahkan segala yang ada di sekitarnya.
Engkau bisa melihat dunia bagai sebuah perarakan yang berjalan
melewati padang rumput hijau.
Kehidupan adalah bagai sebuah mimpi indah yang diangkat
dari kesedaran dan kesedaran."

Seorang lelaki dengan badan bongkok
dan kakinya bengkok bagai potongan-potongan kain menghampiri.
Dengan suara bergetar, dia berkata,
"Cinta adalah istirahat panjang bagi raga di dalam kesunyian makam,
kedamaian bagi jiwa dalam kedalaman keabadian."

Seorang anak kecil berumur lima tahun menghampiri
dan sambil tertawa dia berkata,
"Cinta adalah ayahku, cinta adalah ibuku.
Hanya ayah dan ibuku yang mengerti tentang cinta.
"Waktu terus berjalan. Manusia terus-menerus melewati rumah ibadat.

Masing-masing mempunyai pandangannya tersendiri tentang cinta.
Semua menyatakan harapan-harapannya
dan mengungkapkan misteri-misteri kehidupannya.

Tidak ada komentar:

Pengikut